Sabtu, 06 September 2008

Pake Antivirus apaan??? (Bag-3)

3. Test False Alarm

Lokasi Penelitian

Klo dulu pernah saya post latar belakang di proposal skripsi saya. sekarang saya perlihatkan foto yang saya dapat setelah cari2 pake google earth.

Dari gambar tersebut, bisa diliat betapa dekatnya ujung landasan bandara (yang notabene tempat take off dan landing pesawat). bisa dibayangkan betapa tersiksanya warga yang tinggal di daerah tersebut. Saat saya melakukan wawancara kepada sejumlah warga untuk mengetahui tingkat ketergangguan warga, saya mendapati ada seorang ibu yang baru saja melahirkan (bisa diketahui dari bayinya yang masih sangat kecil dan pengakuannya yang masih menjalani masa nifas). Betapa malang nasibmu ohh....
ya, moga2 aja penelitian yang saya lakukan dapat berguna bukan saja untuk saya, tetapi pada warga sekitar ujung landasan yang telah membantu penelitian saya.
Semangat222x
Biz lebaran ambil darah nyoook!!!!1

The Candidate??? (2)


nah, klo nyang ini, profil bapak presiden kita saat ini. Ngga tau bakalan nyalon jadi presiden lagi, tapi klo menurut polling2 ntu masihh tertinggi hasilnya. Inilah dia presiden (2004-2009) kita:
Susilo Bambang Yudhoyono
http://id.wikipedia.org/wiki/Susilo_Bambang_Yudhoyono

Susilo Bambang Yudhoyono

Presiden Republik Indonesia ke-6

Masa jabatan

20 Oktober 2004 – Sekarang

Wakil Presiden Jusuf Kalla (dari Golkar)

Pendahulu Megawati Soekarnoputri

Pengganti Sedang Menjabat

Tanggal lahir 9 September 1949 (umur 58)

Pacitan, Jawa Timur, Indonesia

Partai politik Partai Demokrat

Pasangan Kristiani Herawati

Jenderal (TNI) Susilo Bambang Yudhoyono (lahir 9 September 1949 di Pacitan, Jawa Timur, Indonesia) adalah mantan pensiunan jenderal militer Indonesia dan Presiden Indonesia ke-6 yang terpilih dalam pemilihan umum secara langsung oleh rakyat pertama kali. Yudhoyono menang dalam pemilu presiden September 2004 melalui dua tahapan pemilu presiden Indonesia atas kandidat Presiden Megawati Sukarnoputri. Ia mulai menjabat pada 20 Oktober 2004 bersama Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden.

Yudhoyono yang dipanggil Sus oleh orang tuanya dan populer dengan panggilan SBY lahir di Pacitan, Jawa Timur pada 9 September 1949). Melalui amandemen UUD 1945 yang memungkinkan presiden dipilih secara langsung oleh rakyat, ia kemudian terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia pertama pilihan rakyat. Ia menjadi presiden Indonesia keenam setelah dilantik pada 20 Oktober 2004 bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla. Karier militernya terhenti ketika ia diangkat Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada tahun 1999 dan tampil sebagai salah seorang pendiri Partai Demokrat. Pangkat terakhir Susilo Bambang Yudhoyono adalah Jenderal TNI sebelum pensiun pada 25 September 2000.

Keunggulan suaranya dari Presiden sebelumnya, Megawati Soekarnoputri pada pemilu 2004 membuatnya terpilih sebagai kepala negara Indonesia. Dalam kehidupan pribadinya, Ia menikah dengan Kristiani Herawati yang merupakan anak perempuan ketiga Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo (alm), komandan RPKAD (kini Kopassus) yang turut membantu menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965.

Latar Belakang dan Keluarga Yudhoyono

Ia lahir di Pacitan, Jawa Timur pada 9 September 1949 dari anak pasangan Raden Soekotjo dan Siti Habibah. Seperti ayahnya, ia pun berkecimpung di dunia kemiliteran. Selain tinggal di kediaman keluarga di Bogor (Jawa Barat), SBY juga tinggal di Istana Merdeka, Jakarta. Susilo Bambang Yudhoyono menikah dengan Kristiani Herawati yang adalah anak perempuan ketiga Jenderal (Purnawirawan) Sarwo Edhi Wibowo (alm). Komandan militer Jenderal Sarwo Edhi Wibowo turut membantu menumpas PKI (Partai Komunis Indonesia) pada tahun 1965. Dari pernikahan mereka lahir dua anak lelaki, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono (lahir 1979) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (lahir 1982).

Agus adalah lulusan SMA Taruna Nusantara tahun 1997 dan Akademi Militer Indonesia tahun 2000. Seperti ayahnya, ia juga mendapatkan penghargaan Adhi Mekayasa dan seorang prajurit dengan pangkat Letnan Satu TNI Angkatan Darat yang bertugas di sebuah batalion infantri di Bandung, Jawa Barat. Agus menikahi Anissa Larasati Pohan, seorang aktris yang juga anak dari mantan wakil presiden Bank Indonesia. Sejak pertengahan 2005, Agus menjalani pendidikan untuk gelar master-nya di Strategic Studies at Institute of Defense and Strategic Studies, Singapura. Anak yang bungsu, Edhie Baskoro lulus dengan gelar ganda dalam Financial Commerce dan Electrical Commerce tahun 2005 dari Curtin University of Technology di Perth, Australia Barat.

Pendidikan

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

* Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) tahun 1973

* American Language Course, Lackland, Texas AS, 1976

* Airbone and Ranger Course, Fort Benning , AS, 1976

* Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983

* On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983

* Jungle Warfare School, Panama, 1983

* Kursus Senjata Antitank di Belgia dan Jerman, 1984

* Kursus Komando Batalyon, 1985

* Sekolah Komando Angkatan Darat, 1988-1989

* Command and General Staff College, Fort Leavenwort, Kansas, AS

* Master of Art (MA) dari Management Webster University, Missouri, AS

* Doktor dalam bidang Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), tahun 2004.

Karier Militer

Tahun 1973, ia lulus dari Akademi Militer Indonesia (Akabri: Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dengan penghargaan Adhi Makayasa sebagai murid lulusan terbaik dan Tri Sakti Wiratama yang merupakan prestasi tertinggi gabungan mental, fisik, dan intelek. Periode 1974-1976, ia memulai karier di Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad. Pada tahun 1976, ia belajar di Airborne School dan US Army Rangers, American Language Course (Lackland-Texas), Airbone and Ranger Course (Fort Benning) Amerika Serikat.

Kariernya berlanjut pada periode 1976-1977 di Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad, Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977), Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978, Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981, Paban Muda Sops SUAD (1981-1982. Periode 1982-1984, ia belajar di Infantry Officer Advanced Course (Fort Benning) Amerika Serikat.

Tahun 1983, ia belajar pada On the job training in 82-nd Airbone Division (Fort Bragg) Amerika Serikat, Jungle Warfare School (Panama, Kursus Senjata Antitank di Belgia dan Jerman pada tahun 1984, Kursus Komando Batalyon (1985) dan meniti karier di Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985), Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988), dan Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988).

Periode 1998-1989, ia Sekolah Komando Angkatan Darat dan belajar di US Command and General Staff College pada tahun 1991. Periode (1989-1993), ia bekerja sebagai Dosen Seskoad Korspri Pangab, Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad (1993-1994, Asops Kodam Jaya (1994-1995) dan Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995) serta Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia-Herzegovina (1995-1996). Pada tahun 1997, ia diangkat sebagai Kepala Angkatan Bersenjata dan Staf Urusan Sosial dan Politik. Ia pensiun dari kemiliteran pada 1 April 2001 oleh karena pengangkatannya sebagai menteri.

Lulusan Command and General Staff College (Fort Leavenwort) Kansas Amerika Serikat dan Master of Art (MA) dari Management Webster University Missouri ini juga meniti karier di Kasdam Jaya (1996), dan Pangdam II/Sriwijaya sekaligus Ketua Bakorstanasda. Karier militernya terhenti sebagai Kepala Staf Teritorial (Kaster ABRI) dengan pangkat Letnan Jenderal.

Karier Politik

Tampil sebagai juru bicara Fraksi ABRI menjelang Sidang Umum MPR 1998 yang dilaksanakan pada 9 Maret 1998 dan Ketua Fraksi ABRI MPR dalam Sidang Istimewa MPR 1998. Pada 29 Oktober 1999, ia diangkat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi di pemerintahan pimpinan Presiden Abdurrahman Wahid. Setahun kemudian, tepatnya 26 Oktober 1999, ia dilantik sebagai Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan (Menko Polsoskam) sebagai konsekuensi penyusunan kembali kabinet Abdurrahman Wahid.

Dengan keluarnya Maklumat Presiden pada 28 Mei 2001 pukul 12.00 WIB, Menko Polsoskam ditugaskan untuk mengambil langkah-langkah khusus mengatasi krisis, menegakkan ketertiban, keamanan, dan hukum secepat-cepatnya lantaran situasi politik darurat yang dihadapi pimpinan pemerintahan. Saat itu, Menko Polsoskam sebagai pemegang mandat menerjemahkan situasi politik darurat tidak sama dengan keadaan darurat sebagaimana yang ada dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1959.

Belum genap satu tahun menjabat Menko Polsoskam atau lima hari setelah memegang mandat, ia didesak mundur pada 1 Juni 2001 oleh pemberi mandat karena ketegangan politik antara Presiden Abdurrahman Wahid dan DPR. Jabatan pengganti sebagai Menteri Dalam Negeri atau Menteri Perhubungan yang ditawarkan presiden tidak pernah diterimanya.

Kabinet Gotong Royong pimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri melantiknya sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) pada 10 Agustus 2001. Merasa tidak dipercaya lagi oleh presiden, jabatan Menko Polkam ditinggalkannya pada 11 Maret 2004. Berdirinya Partai Demokrat pada 9 September 2002 menguatkan namanya untuk mencapai kerier politik puncak. Ketika Partai Demokrat dideklarasikan pada 17 Oktober 2002, namanya dicalonkan menjadi presiden dalam pemilu presiden 2004.

Setelah mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam dan sejalan dengan masa kampanye pemilu legislatif 2004, ia secara resmi berada dalam koridor Partai Demokrat. Keberadaannya dalam Partai Demokrat menuai sukses dalam pemilu legislatif dengan meraih 7,45 persen suara. Pada 10 Mei 2004, tiga partai politik yaitu Partai Demokrat, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Bulan Bintang secara resmi mencalonkannya sebagai presiden dan berpasangan dengan kandidat wakil presiden Jusuf Kalla

Masa Kepresidenan

MPR periode 1999-2004 mengamandemen Undang-Undang Dasar 1945 UUD 1945 sehingga memungkinkan presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. Pemilu presiden dua tahap kemudian dimenanginya dengan 60,9 persen suara pemilih dan terpilih sebagai presiden. Dia kemudian dicatat sebagai presiden terpilih pertama pilihan rakyat dan tampil sebagai presiden Indonesia keenam setelah dilantik pada 20 Oktober 2004 bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla. Ia unggul dari pasangan Presiden Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi pada pemilu 2004.

Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN) sebagai prioritas penting dalam kepemimpinannya selain kasus terorisme global. Penanggulangan bahaya narkoba, perjudian, dan perdagangan manusia juga sebagai beban berat yang membutuhkan kerja keras bersama pimpinan dan rakyat.

Di masa jabatannya, Indonesia mengalami sejumlah bencana alam seperti gelombang tsunami, gempa bumi, dll. Semua ini merupakan tantangan tambahan bagi Presiden yang masih bergelut dengan upaya memulihkan kehidupan ekonomi negara dan kesejahteraan rakyat.

Susilo Bambang Yudhoyono juga membentuk UKP3R, sebuah lembaga kepresidenan yang diketuai oleh Marsilam Simandjuntak pada 26 Oktober 2006. Lembaga ini pada awal pembentukannya mendapat tentangan dari Partai Golkar seiring dengan isu tidak dilibatkannya Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pembentukannya serta isu dibentuknya UKP3R untuk memangkas kewenangan Wakil Presiden, tetapi akhirnya diterima setelah SBY sendiri menjelaskannya dalam sebuah keterangan pers.


The Candidate???

Beberapa hari yang lalu, ada acara menarik yang tiba-tiba jadi perhatian aq saat salah pencet tombol remote tv. acaranya dulu pernah liat juga sich, tapi d gitu memperahatikan. o ya, acaranya republlik mimpi 09/14. acara ini berupa 'perkenalan' para calon anggota legislatif, kepala daerah, dan yang ter'penting', kandidat presiden. Saat itu kandidat yang sedang berorasi adalah Rizal malarangeng dan amien raiz. Nach untuk mengenal lebih jauh maka saya tampilkan profil babk2 tersebut dan mungkin kandidat yang lain. Yang pertama yaitu rm09 dengan tagline-nya 'if there is a will there is a way'

Profile ini saya dapatkan dari situs rm09.com

Keluarga

Rizal Mallarangeng lahir pada tanggal 29 Oktober 1964 di Makasar, Sulawesi Selatan. Kedua orangtuanya, baik ayah, Andi Mallarangeng maupun ibunya, Andi Asny, masih tergolong kerabat bangsawan Kerajaan Bone. Bahkan kakek buyutnya dari pihak ibu, La Temu Page Arung Labuaja, adalah seorang Panglima Perang terakhir Kerajaan Bone yang bertahan secara heroik sampai batas akhir, saat menghadapi invasi Belanda.

Rizal kecil yang akrab dengan sapaan Celli sudah harus berpisah dari ayahnya sejak usia 7 tahun. Ayahnya, Andi Mallarangeng, adalah seorang walikota Parepare. Beliau meninggal dunia karena serangan jantung, pada bulan April 1972, hanya beberapa hari sebelum ia meletakkan jabatannya.

Andi Mallarangeng adalah lulusan UGM yang sejak kecil berteman dekat dengan Rahman Tolleng, aktivis terkenal tahun 70an. Bersama Tolleng, dia mendapatkan beasiswa untuk sekolah ke Jawa. Andi Mallarangeng mengambil jurusan ilmu politik di UGM, Yogyakarta, sedangkan Tolleng mengambil jurusan Kimia di ITB, Bandung. Setelah tamat dari UGM, Andi balik ke Sulawesi dan merintis kariernya di lingkungan birokrasi Sulawesi Selatan, hingga kemudian terpilih sebagai walikota Parepare (1969-1972). Sampai kini, masyarakat Parepare mencatatnya sebagai walikota muda paling sukses di kota itu.

Kematiannya meninggalkan duka mendalam bagi istri dan anak-anaknya. Tapi, ia mewariskan kecerdasan, determinasi, dan semangat hidup yang tinggi kepada anak-anaknya. Sepeninggal ayahnya, Rizal bersama kakaknya, Andi Alifian Mallarangeng, dan ketiga adiknya, Zulkarnain, Nina, dan Zulfikar (alm) melanjutkan hidup dalam asuhan ibu dan kakeknya.

Rizal yang berdarah Bugis menemukan jodohya di Yogyakarta. Ia menikahi gadis Jawa temannya semasa kuliah, Dewi Tjakrawati. Dewi adalah putri kedua dari lima bersaudara pasangan Marsekal Madya (Purn) Sugiantoro, dan Retnaning Winastuti. Ayah Dewi adalah seorang penerbang TNI – AU dengan jabatan terakhir adalah Gubernur AKABRI. Pasangan Rizal – Dewi dikaruniai dua orang putra, Guntur Mallarangeng dan Surya Mallarangeng

Pendidikan

Pendidikan yang baik rupanya menjadi perhatian utama kedua orang tua Rizal pada anak-anaknya. Melewati pendidikan kanak-kanak di TK Katolik Pare-Pare, Rizal kecil kemudian melanjutkan ke jenjang berikutnya di SD dan SMP Frater Makasar. Dalam soal pendidikan agama, orang tua Rizal secara khusus mendatangkan guru mengaji dari Bone. Karena itu tak mengherankan kalau baik Rizal maupun kakaknya, Andi Mallarangeng sudah khatam Al-Qur’an pada saat usia mereka belum genap 10 tahun, berbarengan dengan saat disunat.

Selain dihabiskan untuk belajar dan bermain, masa kecil Rizal juga dihabiskan dengan mengikuti les main tenis. Berkat kegigihannya dalam berlatih, dia berhasil menjadi juara tenis junior pada tingkat provinsi Sulawesi Selatan. Pertama kali juara pada tahun 1977, ketika ia berusia 13 tahun. Prestasinya dalam bidang tenis ini kemudian membawanya ke Jakarta. Inilah yang menjelaskan kenapa ia bersekolah di SMA Ragunan. Sebagai juara nasional yang dipersiapkan untuk bertanding di tingkat dunia, Rizal bergabung dengan olahragawan lain di pusat pelatihan Ragunan. Di asrama Ragunan, dia tinggal sekamar dengan Suharyadi, yang kemudian menjadi suami petenis nasional Yayuk Basuki.

Prestasi tertinggi Rizal dalam bidang tenis adalah juara kedua tingkat Junior Asean, pada tahun 1981 di Thailand. Dia tak menyangka bahwa dia akhirnya harus mengakui keunggulan teman sekamarnya, Suharyadi.

Setelah tamat SMA, Rizal melanjutkan studinya di Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Dia masih terus berlatih tenis, tapi darah politik yang diwariskan ayahnya tampak lebih mendominasi. Dia mengambil Jurusan Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Di lingkungan aktifis mahasiswa Yogyakarta, Rizal dikenal sebagai mahasiswa yang menonjol. Meski dia lebih intens dalam kegiatan kelompok study, tapi dalam suasana represif Orde Baru saat itu, tak jarang juga ikut ’turun ke jalan’ memimpin demonstrasi mahasiswa.

Salah satu bentuk komitment nyata Rizal pada kemanusiaan diwujudkannya dengan bergabung dalam misi perdamaian yang dikenal dengan sebutan human shields pada tahun 1991. Saat itu Rizal berangkat bersama sahabatnya dari UGM, Taufik Rahzen dan wartawan Kompas, Satrio Arismunandar ke perbatasan Iraq-Jordania guna mencegah terjadinya Perang Teluk I.

Rizal berhasil lulus dari FISIP-UGM dengan nilai yang sangat memuaskan. Prestasinya di UGM mengantarkannya meraih beasiswa Fulbright untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri. Dia memilih Ohio State University (OSU), salah satu universitas terbaik di AS dalam bidang comparative politics. Di universitas ini ada Profesor William Liddle, ahli Indonesia ternama, yang kemudian menjadi pembimbing dan sekaligus mentornya.

Karier

Selepas menyesaikan pendidikan sarjananya, Rizal mengawali kariernya sebagai asisten dosen di Jurusan Komunikasi FISIP UGM. Sambil mengajar di almamaternya, Rizal juga menjadi redaktur di Harian Berita Nasional (Bernas), Yogyakarta.

Sebelum akhirnya menyelesaikan program doktoralnya di Ohio State University (OSU), Rizal juga sempat menjadi asisten dosen di kampus ini. Setelah lulus, ia menjadi dosen tetap di jurusan ilmu politik OSU, sebuah prestasi yang jarang didapatkan oleh mahasiswa asing di universitas itu.

Rizal mengajar di OSU selama dua tahun. Karena merasa jenuh dan ingin mendapatkan tantangan baru, dia meninggalkan posisinya yang sangat nyaman itu. Dia kembali ke Indonesia, berjudi dengan keadaan yang tak pasti. Dia memulai kariernya di Indonesia sebagai peneliti di CSIS. Tapi Rizal tak lama di sana, karena tantangan yang lebih besar kemudian datang kepadanya. Dia ditawari memimpin sebuah lembaga think tank, yang mirip dengan CSIS. Lalu, berdirilah Freedom Institute pada 2001, di mana dia menjadi Direktur Eksekutifnya, sampai sekarang.

Freedom Institute adalah basis di mana Rizal kemudian secara lebih leluasa dapat mengekspresikan ide, mengeksplorasi gagasan, dan menerapkan pemikirannya. Di lembaga inilah Rizal memerankan dirinya bukan hanya sebagai intelektual, tapi sebagai seorang ahli politik yang berusaha menerapkan ilmunya. Pada 2001, Rizal menjadi penasihat sekaligus penulis pidato Megawati. Ketika pemerintahan berganti, Rizal menjadi tim ahli Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan kemudian tim khusus Menko Kesra, sambil terus menjaga hubungan baik dengan Megawati.

Kepiawaian Rizal dalam berunding tak diragukan lagi. Dia pernah memimpin organisasi dan menjalankan tugas yang rumit. Di bawah kementrian Menko Kesra, dia pernah memimpin proyek sosial dengan skala besar dan perundingan rumit menyangkut nama baik negara. Proses perdamaian di Poso, jaringan pesantren di Ponorogo, dan penanggulangan kelaparan di Yahukimo adalah beberapa contoh keberhasilan Rizal. Perundingan Blok Cepu dan konferensi Perubahan Iklim di Bali adalah contoh keberhasilannya yang lain dalam menjalankan negosiasi tingkat internasional.